Ken Setiawan: Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Lampung

Ken Setiawan: Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Lampung

 

Baca Juga

Bandarlampung, Lampung Gazette

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengapresiasi tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri yang telah menangkap 4 terduga teroris di Provinsi Lampung.

Empat orang diamankan di tiga tempat berbeda, yakni satu orang di Panjang Bandar Lampung, satu orang di Metro, dan dua orang di Pringsewu.

Inisial para terduga yakni Sul, Dav, Bak, dan RG. Mereka diduga terlibat dengan kelompok Imar Banten, yang sudah tertangkap lebih dahulu, di Jawa Barat.

"Diduga mereka berencana akan melakukan amaliyah teror di beberapa kota di Jawa," paparnya.

Ken menyebut bahwa saat ini kelompok radikal mulai bergerak lagi di beberapa daerah di Indonesia, salah satu pemicunya adalah tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina Islam. 

Padahal yang dimaksud adalah oknum kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam, Presiden Prancis resah dengan kiprah para imam 'impor' yang datang dari negara-negara di luar Prancis yang cenderung membawa wajah Islam yang terkesan radikal. Jelas Ken.

Bahkan Pasca penyerangan terhadap warga di dekat kantor redaksi Charlie Hebdo pada 25 September 2020, Imam Besar Masjid Agung Paris Chems-eddine Hafiz dan para pengurus Dewan Masjid Prancis menemui Presiden Emmanuel Macron di Istana Elysee. 

Mereka mendesak Macron agar segera membuat UU khusus untuk mengatasi kaum Islamis (radikal) yang berupaya membangkang terhadap Pemerintah.

"Mereka gelisah sangat karena polisi dan jaksa dianggap tak serius menangani aksi-aksi kekerasan bermotif agama," kata Ken.

Kepada Macron, para pengurus masjid di Prancis juga menegaskan bahwa untuk menghadapi kelompok radikal itu perlu diperbanyak imam yang moderat.

Menurut Ken, moment di Prancis ini dimanfaatkan betul oleh jaringan kelompok radikal di Indonesia untuk membuat propaganda agar masyarakat teradu domba, bahkan tidak sedikit yang main boikot dan membakar produk Prancis miliknya.

Minimnya sosialisasi pencegahan bahaya radikalisme  membuat kelompok radikalisme seolah olah mendominasi dan mayoritas, padahal kelompok radikal tidak banyak, tapi mereka militan dan bergerak terstruktur sistemtis dan masif, sementara kelompok masyarakat yang moderat cenderung diam dan membiarkan radikalis merajalela. Tegas Ken.

Bagi Ken Setiawan, persebaran kelompok radikalisme di Indonesia sudah merupakan ancaman serius dan bila propaganda adu domba pelaku radikaisme terus diabaikan, tidak mustahil Indonesia bisa luluh lantak seperti Suriah. Tutup Ken. (*/vp)

Komentar

Statistik Pengunjung