Ken Setiawan: Bukan Hanya Adzan, Kelompok Radikal juga Ubah Rukun Islam


 

Lampung Gazette (04/12/2020) Jakarta --- Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center yang juga merupakan mantan aktivis NII Ken Setiawan mengisahkan bahwa kelompok radikal tidak hanya mengubah Adzan, tapi rukun Islam pun dirubah demi tercapai ambisi kekuasaan mereka.

Ken mengaku sudah menyampaikan dalam informasi ini ke beberapa forum dialog fgd maupun seminar namun sepertinya belum dianggap bahaya, padahal akar permasalah radikalisme itu disini, yaitu penyesatan akidah. Sedangkan aksi terorisme adalah buah dari pemikiran radikal.

Menurut Ken, kelompok radikalisme tidak akan berhenti bergerak sebelum tercapai cita cita mereka yang dianggapnya sebagai perjuangan. Kebanyakan kelompok radikal itu memang berilmu, tapi tak berahlak.

Mereka menganggap dirinya yang paling benar, yang lain salah, bahkan menganggap dirinya yang beriman sementara yang lain kafir semua.

Adapun rukun Islam yang mereka yakini kelompok radikal itu sangat berbeda dengan pemahaman umat Islam pada umumnya yaitu:

1. Shahadat bagi kelompok radikal diartikan bahwa tiada negara kecuali negara Islam atau khilafah Islam, jadi siapa saja yang tidak bernegara dengan negara Islam atau khilafah Islam maka dianggap sebagai orang kafir.

Bagi kelompok radikal rumusnya adalah umat Islam harus tinggal dinegara Islam dan menggunakan hukum Islam.

Hari ini oleh mereka masih dianggap jahiliyyah karena Indonesia dianggap masih berhukum taghut Pancasila, jadi syarat bergabung di kelompok radikal harus menolak, mengingkari dan meninggalkan Pancasila.

2. Sholat diartikan sebagai perang, jadi panggilan sholat atau adzan dianggap panggilan untuk berperang. Sholat juga diartikan dengan perjuangan menegakan negara Islam atau khilafah yiatu mencari jamaah baru dan mencari dana sebanyak banyaknya untuk mendukung program negara dianggap aktifitas sholat.

Jadi sholat ada dua macam, sholat ritual dna sholat universal. Jelas Ken.

Dalam hal ini mereka memanfaatkan medsos untuk membuat propaganda agar masyarakat tertarik dan bergabung bersama mereka, segala cara mereka lakukan termasuk berita hoax pun boleh dilakukan, alasan mereka ini adalah kondisi perang, jadi boleh bersiasat atau berbohong agar modusnya tidak diketahui oleh masyarakat dan aparat.

3. Zakat diartikan dengan memberikan sebagian harta kita untuk mendukung perjuangan. Bahkan ada yang rela memberikan semua harta yang dimiliki dengan jual mobil, rumah dan tanah mereka demi perjuangan yang mereka lakukan. Makanya tidak sedikit orang yang masuk kelompok radikal hartanya lama kelamaan habis.

Bila harta mereka sudah habis, maka pola krimimal pun di lakukan misalnya dengan merampok orang yang berada di luar kelompok, itu dianggap fa'i atau ghanimah harta rampasan perang yang menurut mereka halal dan boleh di lakukan.

Termasuk pencarian dana atas nama yayasan dan kotak amal berkedok kegiatan sosial keagamaan. Ini yang akhirnya mencoreng nama baik yayasan atau organisasi yang betul betul membantu masyarakat. Tambah Ken.

4. Puasa ramadhan diartikan sebagai masa prihatin, bahwa setiap diri adalah seorang mujahid yang harus siap menderita dan berjuang totalitas memaksimalkan setiap potensi yang ada para dirinya.

Mereka satu komando, slogan mereka terhadap pimpinan adalah sami'na waato'na, saya mendengar dan saya taat, pimpinan mereka dianggap wakil Allah dimuka bumi, jadi perintahnya wajib ditaati, walaupun perintahnya melanggar syariat agama.

Jadi jamaah kelompok radikal itu taqlid buta terhadap pemimpin mereka, dan jamaah tutup telinga terhadap berita negatif tentang kelompok dan pimpinan mereka

5. Ibadah haji oleh kelompok radikal diartikan sebagai reuni tahunan atau rapat tahunan para duta pemimpin kelompok untuk membahas persoalan umat.

Kelompok radikal juga tidak segan segan turun kejalan dengan demo aksi masa untuk memaksakan keinginan dan menunjukan bahwa kelompoknya punya pengaruh yang besar terhadap masyarakat, padahal demo tidak pernah diajarkan dalam Islam.

Mereka ada rapat evaluasi harian, rapat mingguan, dapat bulanan dan rapat tahunan, itu kenapa gerakan mereka sangat berkembang pesat dan gerakan mereka itu terstruktur, sistematis dan masif karena selalu evaluasi dan belajar dari kegagalan.

Menurut Ken, kegiatan kelompok radikal dalam aktifitasnya selalu mengatasnamakan agama, sugestinya dengan kita suci dan ayat ayat, sehingga banyak masyarakat awam terpesona akhirnya terpapar dan bergabung kesana.

Bila masyarakat yang waras diam, maka kelompok radikal yang sesat dan menyesatkan itu akan semakin merajalela, apalagi ditambah pemerintah dan aparat yang gamang, terlalu banyak pertimbangan dalam penindakan maka bila terus dibiarkan Indonesia tidak mustahil akan menjadi seperti Suriah yang hancur.

Bagi Ken, teroris yang melaksanakan amaliah bom dan pembunuhan terhadap masyarakat memang berbahaya, tapi itu adalah buah dari pemikiran radikalisme.

Menurut Ken ada hal yang lebih berbahaya yaitu akar radikalisme yang ada di pemikiran, walaupun mereka belum ngebom atau membunuh warga, tapi mereka bisa jadi ada disekitar kita yang selalu mengatasnamakan agama tapi menebar kebencian, hujatan dan caci maki terhadap negara, pemerintah dan aparat.

Orang yang sudah teradikalisasi pemikirannya menurut Ken seperti buah yang sudah matang, tinggal petik. Tinggal poles dikit mereka akan jadi pelaku amaliah teror. Jadi kelompok teroris tak perlu bina lagi karena secara pemikiran sudah radikal, tinggal siapin senjata atau bom maka orang tersebut akan melakukan amaliah teror.

Ken mengaku dirinya bukan siapa siapa dan bukan apa apa, hanyalah orang yang pernah tersesat, kini mulai hidup nol lagi dan berusaha menjadi warga yang baik.

Ken berharap masyarakat membuka mata lebar lebar bahwa perpecahan sudah didepan mata, saatnya bersatu melawan kelompok radikal dan menjadikan mereka musuh bersama karena mereka yang radikal itu juga menganggap kita sebagai musuh.

Bila kita tidak waspada maka bisa jadi keluarga dan lingkungan terdekat kita akan menjadi target perekrutan dan amaliah kelompok radikal.

Disadari oleh Ken bahwa pemerintah memang tidak sempurna, masih banyak celah dan kekurangan, baik tentang issu pejabat yang korupsi, kesejahteraan, keadilan dalam penegakan hukum dan lain sebagainya, tapi kita diajarkan dalam agama tidak boleh kudeta atau memberontak negara dengan menggulingkan kekuasaan yang sah.

Memberontak terhadap pemerintah akan menyebabkan kemudaratan dan kerusakan terhadap kebelangsungan hidup masyarakat itu sendiri, baik berkaitan dengan agama maupun harta-bendanya.

Ken, menghimbau, hal yang wajib untuk kita sebagai masyarakat bukanlah memberontak berkedog revolusi dengan provokasi yang diawali dengan demo turun kejalan, karena demo tidak pernah diajarkan dalam Islam, apalagi saat pandemi ini yang berbahaya bagi kesehatan kita terkait virus corona.

Kita harus bersabar, jangan terprovokasi ajakan sesat dan menyesatkan terkait revolusi, selalu berdoa dan tetap memberi masukan kebaikan dengan cara yang baik, mendoakan agar pemimpin kita mendapatkan hidayah dan bersungguh-sungguh dalam meminimalisir kejelekan dan kemudaratanya.

Inilah jalan lurus yang wajib ditempuh, karena pada yang demikian terdapat kebaikan-kebaikan bagi muslimin dan masyarakat secara umum agar keamanan tetap terjaga dan masyarakat terselamatkan dari kejelekan yang lebih besar.

Tanpa rasa aman, mustahil masyarakat akan bisa beraktifitas dengan normal.

Perlu di ingat, kelompok radikal bukan mau memperbaiki negara, tapi mereka mau menggulingkan negara yang sah. Mereka itu pemberontak yang mengatasnamakan agama. Jelas Ken.

NII Crisis Center membuka hotline pangaduan  dan dialog publik terkait masalah radikalisme di whatsapp 08985151228. Tutup Ken.(*/vp)

Komentar

Statistik Pengunjung